Langsung ke konten utama

SCIO Bagian 2: Karena Berbagai Penyakit Berasal dari Perut

Hai!

Setelah kemarin aku lebih membahas tentang aspek psikologis yang terdeteksi oleh SCIO. Kali ini aku bakal bahas perkara yang berhubungan dengan fisik. Namun perlu diingat bahwa tubuh, pikiran, dan perasaan adalah suatu kesatuan dan saling memengaruhi ya, Mylov.


All disease begins in the gut. —Hippocrates

Oke, jadi saat sesi SCIO kemarin terdeteksi bahwa terdapat kelemahan fungsi liver dan limpa, hal ini berhubungan pula dengan konstipasi yang seringkali kualami~ Selain itu, aku juga punya thyroid yang lemah sehingga gampak capek dan mudah gemuk. Dikatakan pula bahwa aku memiliki risiko masalah jantung, tekanan darah, serta kista di rahim. 😱

Di badanku juga terdapat berbagai substansi yang jumlahnya sudah tinggi sehingga menjadi racun, diantaranya:

  1. Kafein: "Wah, ini sih udah kronis," kata dokternya. Hmmhhh, ya gimana ya? Aku udah kecanduan kopi dari 10 tahun lalu. Sehari biasanya 2 cangkir. Kopi instan pula: udah mah kopinya kopi palsu, gulanya banyak, ada pengawetnya pula. Ya Lord~ 🙈
  2. Substansi babi: Ini nih misteri abad ini. Dokternya bilang kebanyakan orang keracunan babi dari gelatin yang banyak terdapat di gelatto, cokelat, permen. Tapi aku jarang banget makan gituan. Terus Bunny bilang, siapa tau dari skincare. Mulailah aku cari tau tentang pemakaian unsur babi di produk yang biasa kita pakai. Uwooww, ternyata sabun, sampo, pasta gigi banyak yang menggunakan unsur babi lho. Tapi yang bikin aku paling curiga sih pelembap yang aku pake. Cyus, kudu ganti skincare syariah kali ya. 😭
  3. Zat aditif makanan: Ini mah jelas lah ya. Generasi micin, mana generasi micin~
  4. Dairy: Aku baru tau kalau aku alergi susu sapi. Produk dairy dan turunannya juga turut andil dalam keberadaan jerawatku selama ini. Yha. 
  5. Ragi: Gimana dong, roti adalah salah satu comfort food-ku, huhuhu. 

Singkat kata, segala keluhan fisik maupun psikologis yang aku alami diantaranya disebabkan oleh Leaky Gut Sindrome.



Apa sih itu? 

Jadi, di usus kita itu ada barrier yang mengontrol substansi apa saja yang boleh masuk ke aliran darah. Nah, jika terjadi leaky gut, si barrier ini ngelolosin aja tuh racun, antigen, dan bakteri ke aliran darah. Kondisi ini juga mengubah flora normal di usus kita serta memicu inflamasi kronis, yang mana ini adalah akar dari mayoritas penyakit. Leaky gut ini juga bisa memengaruhi kondisi psikologis, lho. 

Apa saja hal yang bisa menyebabkan Leaky Gut Syndrome? 

Ternyata, kondisi ini dipengaruhi oleh gen, jenis makanan yang dikonsumsi (poor diet choices), stres yang berkepanjangan, toxic overload, dan ketidakseimbangan bakteri.

Kalau mau tau informasi lebih lengkap tentang Leaky Gut Syndrome, sila baca di sini

Nah, si Leaky Gut ini sendiri belum menjadi diagnosis di dunia kedokteran secara umum sih, makanya masih dikit kali ya dokter yang concern sama hal ini. Hmm....

Tapi kalau dipikir secara logika mah ya masuk akal sih. Secara hal yang paling sering kita lakukan seumur hidup, ya makan. Terus aku mikir, "Zaman sekarang ini, dengan pola hidup macam gini, emang ada ya orang yang ga kena leaky gut?" Terus Mbak Danti jawab, "Ada sih Me kayaknya, para biksu." Subhanallah~ (auto-tobat 🙏) Meski leaky gut umum terjadi, namun ini tetap bukan kondisi normal tubuh kita yaaa. 

Kembali ke sesi "pembongkaran" oleh SCIO. Jadi setelah tubuh aku selesai di-scan, dokter Prama mengeluarkan kertas andalannya yang bertajuk "POLA DIET FASE 1 SELAMA 3 MINGGU – LEAKY GUT SYNDROME" dengan keterangan, "Pilih dari daftar ini saja, jika ada pelanggaran disarankan mengulang dari awal" Terus aku baca makanan apa saja yang boleh dimakan dan tidak boleh dimakan. Ya Lord, kuatkan hamba karena pantangannya banyak sekale. 😭

Jadi intinya sih di daftar makanan yang boleh dimakan itu "hanya" ada protein hewani, sayuran, buah-buahan (tapi ga semua buah, yang disarankan hanya buah-buahan dengan kadar glikemik rendah), kacang (nuts, bukan peanut yaaa) dan biji-bijian (seeds), serta beberapa jenis minyak dan garam. 

Yang lucu, habis dari tempat praktik dokter Prama, aku sama Bunny pengen nongkrong ke kafe nih ceritanya. Terus pas udah nyampe, kita bingung harus pesen apa karena substansi makanan yang ada di sana mayoritas dilarang (cry sekebon 😭).


Tapi dasar kami manusia bandel, ya tetep pesennya chicken burger sama nasi dori berbalut tepung, "Udah kita mulainya besok aja ya, Bun!" Klise. 😂

Esok harinya dimulai lah proyek ini. Aku berusaha untuk strict pada apa yang tertulis di kertas. Tapi ya ampun, kok craving-nya menjadi-jadi ya? Terus lemes pula. Belum lagi kalo liat orang-orang yang clean eating, rata-rata mereka pakai bahan organik, minyaknya pake olive oil, camilannya almond atau mete. SEBAGAI SHOBAT MISQUEEN, DOMPETKU MENJERIT MAAKK! 😭


Akhirnya setelah berjuang 2 hari (Apaan daya juang kamutu lemah banget, Rosmelia!) Aku memutuskan untuk memulai dengan perlahan aja. Ingin sehat tapi malah jadi stres kan ga worthy, yekaaannn? (Alasan 😝) 

Jadi sekarang aku belum mulai program leaky gut yang 3 minggu itu, tapi aku berusaha menghindari substansi yang sudah jelas-jelas buruk untuk tubuh. Kata dokter Prama, ini dia yang mutlak perlu ditinggalkan:

  1. Tepung
  2. Gula
  3. Dairy
  4. Kedelai
  5. Makanan/minuman kemasan atau processed food

Aku awalnya sempat denial sih pas tau ga boleh mengonsumsi kedelai. Karena tahu dan tempe itu makanan keseharian aku banget 😭 Terus tahu-tempe kan bahan pangan yang murah meriah. Aku kalo disuruh pilih, mending makan tahu-tempe aja deh daripada harus makan daging-dagingan. Tapi ternyata, selain karena kedelai sekarang itu banyaknya hasil rekayasa genetik, kedelai juga ndak bagus untuk aku yang thyroidnya lemah dan memiliki risiko kista. Jadi yaudah deh, ku harus merelakan. Bye tahu goreng garing dan tempe mendoan~ 😭

Oh ya, dokter juga bilang aku ga boleh makan oat atau wheat. Karena kalau kata dokter Prama, gandum itu gak cocok buat perut kita orang Asia. Hmmm, menarik. Harus dicari tahu lebih lanjut sih. Tapi aku pernah tuh ada di masa menghindari gorengan, jadi sarapan muesli pakai yogurt hampir tiap hari. Aku pikir itu pilihan yang lebih sehat, taunya ga juga yah. 

Sejauh ini sih aku cukup berhasil menghindari 5 komponen di atas itu ya. Dan kepengennya bisa konsisten. Semoga aku bisa sesegera mungkin memulai program diet fase 1 itu ya. 

Jadi sekarang apa yang aku makan?

Sejauh ini menu makan aku ya sayur-protein hewani atau sayur-nasi, kayak pas zamannya food combining. Atau kalo lagi pengen banget ya sayur, protein hewani, nasi sedikit. KATA DOKTER AKU MASIH BOLEH MAKAN NASI, ALHAMDULILLAH! Sebab kalo dipikir, iya sih. Mending makan nasi yang real food daripada mie, roti, atau pasta. Aku belum eksplor sumber karbo lain kayak kentang, ubi, atau singkong sih.


TAPI, TAPI, TAPI! AKU MASIH PUNYA PERTANYAAN YANG MENGGANJAL NICH: Daging-dagingan, apalagi daging merah kan bikin kondisi tubuh asam ya (yang mana ini juga memicu penyakit dan makanannya sel kanker). Tapi kok justru disarankan ya? Tolong beri aku pencerahan, aku setiap makan protein hewani kok dilematis yaa~ Mana kalau makan daging, kentut aku jadi bau~ (Terus kangen lagi sama tahu-tempe 😭)

Tantangan terbesar yang aku rasakan sih karena masih tinggal sama orangtua yang pola makannya sungguh tidak sehat, ya harus sabar-sabar menahan godaan. Kebayang kan, pagi-pagi Mama bikn bala-bala tahu yang bunyi kress-nya terdengar dari jauh. Ya Allah, sungguh berat cobaan ini. Tapi aku jadi rajin ke pasar buat beli sayur lho. Jadi, haruskah kita membuat rumah tangga baru yang menerapkan pola hidup sehat? (Di kondisi seperti ini pun harus tetep nyekil 😝). Yang jelas, inti dari semua ini adalah


Ya intinya gitu sih, aku sharing apa yang ada di kepala aja biar gak numpuk. Kalo untuk konsultasi atau ngasih advis sih aku belum kompeten ya. SECARA AKU AJA MASIH  OLENG, KAPTEEENN~ Aku masih banyak PR-nya nih untuk berhijrah ala clean eating. Jadi, tolong bantu aku ya! Oh ya, aku kudu olahraga juga! Aku disarankan untuk yoga sih. Beklah, mari kita mulai yoga lagi!

Akhir kata, sebenarnya semua substansi yang ada di muka bumi ini, apalagi di zaman sekarang, memang rentan untuk membuat kita sakit kok. Kalau dipikir, sayuran ya mengandung pestisida, kedelai hasil GMO, daging pakai suntik-suntik. Kalau punya uang kan bisa beli yang organik ya. Kalau budget-nya terbatas gimana? Tapi ya udah, namanya juga manusia kan, tugasnya adalah mencari tahu dan berusaha. Kalau punya uang 2 ribu ya sekarang mendingan dipake beli bayem seiket daripada beli gorengan 2 biji. Semoga dengan hidup seperti ini risiko-risiko penyakit yang ada bisa berhenti progresnya. Dan semoga niat baik dan upaya yang kita lakukan membuahkan hasil (auto-shalihah 🙏).

Semua upaya ini aku lakukan untuk bisa lebih sehat secara fisik maupun mental, bukan untuk menurunkan berat badan. JADI KALAU BADAN AKU GA JADI LEBIH LANGSING, TOLONG JANGAN HUJAT AKU YA, NETYZEN! 😂

Udah ah, kepanjangan. Dadaahhh, sampai jumpa di tulisan lainnya! 

Komentar

  1. Terima kasih kak ome, ku begitu tercerahkan bagai melewati tukang bohlam di pinggiran Jatinegara. Hehe tp serius aku pun skg2 ini jg lebih berusaha mengontrol asupan makanan yang masuk sejak ada kerabat dekat yang terkena serangan jantung (pengingat klasik sih ya). Dan aku mengamini kalo semua penyakit bermuara dari pencernaan.. (dan mekanisme/cara kita berpikir). Semoga kita diberi kelimpahan kesadaran lagi untuk menahan diri dari gegorengan yang maha menggoda yalord, Huhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih juga lho Bung Bara sudah mau membaca tulisan saya. Ya betul sekali, sebagai pecandu gorengan, ujian ini amatlah berat. Namun kata pepatah, jika kita tidak melepaskan sesuatu yang buruk, mana mungkin kita bisa mendapatkan yang baik? Tetap di~ Dorce Show!

      Hapus
  2. Ih omeee tulisannya menarik bgt dr konten dan cara nyampeinnya 😂 i dont know u'll be like this yo! Keep sharing yaaa, syukron jazaakillah buat perluasan khazanahnya 😊 smoga berkah dgn upaya dietnya, aamiin Yaa Robb.. 😘

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahaha Ajeeenngg, makasih yaa. Semoga bisa konsisten nulis dan dietnya yaa hihi.

      Hapus
  3. Halo kak. Kalau ingin konsultasi dengan dr. Prama apakah harus tes scio kak?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan SCIO, Alat Deteksi Tubuh yang Ajaib!

Hari Jumat (21/09) kemarin, aku sama Bunny mengunjungi tempat praktik dr. Prama di bilangan Sederhana, Bandung. Kami dapat info tentang dokter ini dari Mbak Danti yang sebelumnya sudah pergi ke sana. Dokter Prama ini kalau dilihat-lihat dari akun Instagramnya sih merupakan dokter yang concern sama pola makan dan seringkali dijadikan rujukan orang-orang yang ingin menurunkan berat badan.  Tujuan aku ke dokter Prama sih karena tertarik dengan pemeriksaan yang bisa dilakukan di sana, yakni SCIO. Kalau kalian sering ketemu aku, pasti sadar kalo aku tuh gampang banget drop badannya. Ada perubahan temperatur atau cuaca, langsung deh pilek terus ujung-ujungnya sesak napas. Aku juga gampang banget capek meskipun gak melakukan suatu pekerjaan yang berat. Pencernaan juga tampaknya bermasalah.  Kebayang kan kalau pergi ke dokter umum, gimana harus ngejelasin probelematika kesehatan ini. 😭 Makanya aku butuh banget pemeriksaan yang holistik dan menelusuri akar permasalahan.  N...

Resolusi 2017 dan Pencapaiannya

2017 tinggal 2 bulan lagi nih . Mumpung  musim bikin rapor anak-anak udah mulai, ga ada salahnya ya kan kita bikin rapor diri sendiri di blog baru ini. Oh ya, selamat datang kalau begitu! Saya sendiri sebenarnya bukan tipikal orang yang memasang target apa-apa dalam hidup. Doa saya sepanjang tahun sih sebenarnya sama: minta kesehatan jiwa-raga dan keberkahan dalam hidup. Namun, di awal 2017 ini, entah mengapa saya tiba-tiba memanjatkan doa yang kalau sekarang saya ingat-ingat lagi, kok harus begitu sih ? Pasalnya, doa yang saya ucapkan bukan doa untuk mendapat gaji puluhan juta, bukan doa untuk mendapat jodoh (terus kemudian nyesel , kenapa sih ga doa ini aja ? Hehehe...), atau doa-doa mentereng lainnya. Sederhana, doa saya di awal tahun ini adalah: semoga saya bisa menemukan diri. Sebab menurut pemikiran saya yang sok tahu ini, bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan jika kita bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya kita inginkan? Maka, ...