Langsung ke konten utama

Film Indonesia Berkesan versi Rosmelia

Aku tuh memiliki ketertarikan khusus pada perfilman Indonesia semenjak SMA. Kenapa ya? Rasanya saat itu sedih aja melihat fakta bahwa film Indonesia belum menjadi primadona di negerinya sendiri. Ditambah lagi, kala itu film horor esek-esek mulai menjamur dan membuat film Imdonesia mendapatkan stigma buruk di mata penonton.

Untungnya, makin kemari perfilman Indonesia bisa dibilang kembali menggeliat. Semakin banyak sineas berbakat yang memproduksi film, meskipun kurang mendapat sorotan. Antusiasme penonton pun rasa-rasanya mulai meningkat.

Aku pribadi sebenernya pengen banget berkecimpung langsung di dunia perfilman. Tapi berhubung pengetahuan dan kemampuannya masih sangat terbatas, yaaa monmaap 😝 Satu-satunya hal yang bisa aku lakukan adalah menularkan ketertarikanku pada film Indonesia kepada Anda para netyzen budiman. Semoga lebih tertarik yaaa, tertarik doonng plis... *maksa*

Nah, berikut ini akan aku bagikan 28+ film Indonesia yang menarik buatku pribadi. Film-film ini menarik karena premisnya, eksekusinya, atau karena hal-hal lain yang terjadi saat aku menonton film tersebut. Jika teman-teman kebetulan menemukan film-film ini di platform streaming legal atau kebetulan lagi ada screening-nya di kotamu, silakan lho ditonton.

Yuk ah, kita mulai!

1. Pintu Terlarang (2009, Joko Anwar)

 
Kalau ditanya apa film Indonesia yang paling kusuka, film ini jawabannya! Kenapa? Karena film ini keren dari berbagai aspek. Eksekusi ending film ini lebih greget dibandingkan novelnya sendiri lho. Siapa sih yang ga inget adegan dinner yang diiringi lagu "Merry Mist"?

2. Fiksi (2008, Mouly Surya)


Ini film Indonesia pertama yang bikin aku penasaran pas SMA itu. Alice in Wonderland versi Indonesia, katanya. Jangan tertipu wajah polos Ladya Cheryl di sini, karena fakta dan fiksi kerap bersilapan. Sebuah kisah yang surem (banget). Film ini ditulis Joko Anwar.

3. Sebelah (2011, Reza Rahadian)


Apa? Bosen liat Reza Rahadian jadi pemeran utama film? Tahun 2011 Reza Rahadian pernah menyutradarai film pendek lho. Dari sekian banyak film yang ada di ajang LA Lights Indie Fest, film ini yang paling membekas buatku karena bikin kecele. Keep up the good work, Mas Reza! *ikrib*

4. Something in the Way (2013, Teddy Soeriaatmadja)


Memotret kehidupan kaum marginal Jakarta yang menghadapi pertentangan antara kebutuhan hidup dan moralitas. Mayoritas bersetting malam hari, di mana kehidupan para tokoh utama justru baru dimulai. Sebuah film yang tragis. 

5. Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017, Mouly Surya) 


Siapa yang bisa lupa adegan Marlina nenteng-nenteng kepala serta hantu tanpa kepala yang sedang main gitar? Nada gitarnya masih terngiang-ngiang di kepala sampe sekarang dong, "Teng teng terengteng teng, teng teng terengteng teng~" Oh ya, Marlina jadi perwakilan Indonesia di ajang Oscar lho, tapi belum jadi nominasi resmi, jadi butuh banget bantuan netyzen supaya Marlina bisa lebih viral! 

6. Hi5teria (2012, Adriyanto Dewo/Chairun Nissa/Billy Christian/Nicholas Yudifar/Harvan Agustriansyah) Pintu Terlarang (2009, Joko Anwar)



Pertama kalinya aku nonton film horor sendirian di bioskop dong! (Sebagai seorang penakut, aku patut bangga). Film horor omnibus pertama pula yang aku tonton. Part favoritku: Palasik. Masih suka teringat-ingat ending dari Palasik ini hhh~ Ada omnibus lain yang lebih menarik sih, judulnya "Takut", di dalamnya ada cikal-bakal film Rumah Dara. Tapi aku ga berani nontonnya, terlalu syerem 🙈

7. Night Bus (2017, Emil Heradi) 


Aku mengikuti prosew film ini dari mulai mereka crowdfunding dan cari pemain. Aku sempet pengen ikitan casting tapi kemudian sadar diri lah ya. Ide orisinil film ini berasal dari cerpen buatan Teuku Wikana, saat Aceh dikepung GAM. Ini film mencekam dan memicu klaustrofobia banget, aselik. Temen aku, Dania, sampe pengen keluar bioskop di tengah-tengah film gara-gara ga kuat. 

8. Atambua 39° Celcius (2012, Riri Riza)


Menyoroti kehidupan sosial 3 individu di Atambua, 13 tahun pasca referendum Timor Leste–yang dulu sering terdengar beritanya di TV dan tidak aku pahami, sekarang pun masih begitu– Film ini menarik karena sungguh pendiam. Serta, dalam satu studio, cuma aku sendirian yang nonton. Yha, thanks~

9. Istirahatlah Kata-kata (2016, Yosep Anggi Noen)


Mari mengenal sosok Widji Thukul, tokoh yang selama ini cuma aku tau namanya. Aku sebagai generasi yang ga begitu paham tentang sulitnya kehidupan pelarian aktivis masa reformasi jadi lumayan dapat gambaran melalui film ini. Salut! 

10. Laut Bercerita (2017, Pritagita Arianegara) 


Satu lagi film yang berkisah tentang kehidupan aktivis. Dibawa ke mana sih sebenarnya para aktivis yang menghilang? Apa yang terjadi kepada mereka? Aselik, nonton film ini bikin aku tarik napas dalam berkali-kali. Sebab bukan mustahil hal seperti ini masih terjadi kini.

11. Gie (2005, Riri Riza)


 Gara-gara film ini, kalo denger nama Soe Hok Gie pasti yang kebayang Nico 😭 Adegan Sita Nursanti nyanyi Donna Donna pas api unggun sungguh memorable dan magis buatku. 


12. Ruma Maida (2009, Teddy Soeriaatmadja) 


Bersetting masa reformasi dan pasca kemerdekaan sekaligus: menyelidiki kisah hidup Ishak Pahing, komposer Indonesia keturunan Belanda (tokoh fiktif). Meski eksekusinya (katanya) berantakan, tapi aku tetep tertarik sama ide film ini. Aku tuh suka lemah sama film bersetting vintage 😭 Sinematografi dan kostumnya cakep, lagu-lagu keroncongnya pun uapik tenan! Oh ya, film ini ditulis Ayu Utami, penulis favoritku. 

13. Trilogi Merdeka: Merah Putih, Darah Garuda, Hati Merdeka (2009/2010/2011, Yadi Sugandi/Connor Allyn)


Film ini bikinan adiknya capres yang itu tuuhh hehehe (Terus kenapa?) Aku anaknya mudah terkesima, gimana dong? Nonton film ini bikin nasionalisme aku seketika membumbung tinggi, meskipun kisah yang ada di film ini fiktif :') Dari 3 film, Hati Merdeka yang paling kusuka. Megah dan mahal gitu filmnya, aku bangga! 

14. Sang Penari (2011, Ifa Isfansyah) 


Diadaptasi dari buku Ronggeng Dukuh Paruk yang tak kunjung usai aku baca. Sebagai orang dengan jiwa nyai ronggeng, aku merinding sih liat Happy Salma dan Pia Nasution nari di film ini. Huhuhu, sungguh magis! 

15. Alif Lam Mim (2015, Anggy Umbara) 



Sepertinya ini film distopia pertama Indonesia (?) Ide yang diusung menarik sih, tentang agama, politik, serta konspirasi Iluminasi (freemesen, pulang bayar). Jauh lebih bagus dari film-film Anggy Umbara saat ini lah pokoknya. 😝

16. Perempuan Punya Cerita (2008, Nia Dinata/Lasja Fauzia Susatyo/Upi Avianto/Fatimah Tobing Rony) 



Dari sekian banyak film omnibus yang tayang di masa-masa itu, film ini  cerita-ceritanya paling membekas sih. Kalau kamu concern sama isu perempuan, film ini tuh menyayat hati banget. Fragmen favoritku tentunya Sarah Sechan dan Shanty yang jadi penyanyi dangdut.

17. Berbagi Suami (2006, Nia Dinata)


Aku tau film ini dari katalog Sophie Martin (random banget kan ya). Lagu SORE - Pergi Tanpa Pesan yang jadi soundtrack film ini pun menjadi track favorit. Ingat, poligami bisa terjadi pada etnis apapun, agama apapun, dan kondisi apapun. Waspadalah, waspadalah! (Ala Bang Napi).

Fun fact: Kecenderungan untuk berpoligami itu terdapat dalam gen, lho. Jadi dapat diturunkan. Meskipun demikian, ada faktor nature vs nurture, yekaaann. Jadi meskipun kecenderungannya ada, ya belum tentu jadi juga. 

18. Lovely Man (2011, Teddy Soeriaatmadja) 


Aku pengen nonton film ini dari kapaaan, tapi baru kesampaian tahun kemarin. Film ini memotret kehidupan transgender yang juga bisa berperan sebagai seorang ayah. Ia harus menghadapi remaja putrinya yang hamil di luar nikah. Memorable quote, "Ibu lu tuh orang baik, kalo gue sakit, bikin gue emih, teh manis~" —Donny Damara dengan bibir keritingnya. 

19. Mereka Bilang, Saya Monyet! (2008, Djenar Maesa Ayu) 



Kenapa ditonton? Karena baca bukunya. Kali pertama juga nih Djenar bikin film (sebagai titisan Syumanjaya, yekaaann). Yang bikin berkesan adalah nonton film ini barengan sama gengku di kosan Ninda sampe telat kuliah (Maaf Mbak Djenar, kami nonton secara ilegal 😭)

20. About a Woman (2014, Teddy Soeriaatmadja) 



Ini Harold & Maude versi Indonesia kali ya (?) Sebab wanita paruh baya pun memiliki hasrat dalam dirinya. Akting Tutie Kirana keren banget! FYI, Tutie Kirana itu ibunya Djenar Maesa Ayu (ini review film atau infotainment sih?) 

21. What They Don't Talk When They Talk About Love (2013, Mouly Surya) 



Mau liat Nicolas Saputra jadi nAQ aL4y? Ya, tonton lah film ini jika ada kesempatan. Kalo kata film ini sih cowok jatuh cinta pada apa yang mereka lihat dan cewek jatuh cinta pada apa yang mereka dengar. Gitu, maliihh~

22. Rectoverso (2013, Marcella Zalianty/Happy Salma/Olga Lydia/Rachel Maryam/Cathy Sharon) Pintu Terlarang (2009, Joko Anwar) 


Sebagai orang yang ga ngerti teknis produksi film, aku waktu itu ngebatin kalo editing film ini tuh keren banget. Dan ternyata bener dong, akhirnya dapet Piala Citra untuk editing terbaik. Hal lain yang berkesan, aku nonton film ini sendirian di Jatos saat Valentine. Habis nonton, pergi ke kafe, di sana pasangan yang dateng dikasih cokelat. Harusnya kan aku yang dikasih ya, sebagai hiburan kesendirian. Kampret!

23. 3 Dara (1957, Usmar Ismail)


Meskipun lawas, film ini tetap segar dan relevan ketika dinikmati di masa kini. Akting pemainnya jempolan, terutama tokoh nenek. Lucu banget! 😂 Urusan musik dan kostum jangan ditanya, kedemenan aku itu mah. 

24. Wan An (2012, Yandy Laurens)


Sudah tahu sosok dibalik suara "Pintu teater 1 telakh dibuka, bagi Anda yang telakh memiliki karcis...."? Ibu Maria Oentoe dan Henky Soelaiman bermain apik sebagai pasangan lansia harmonis yang saling cemas jika salah satu dari mereka meninggalkan dunia lebih dulu. Film dari ajang XXI Short Film Festival ini manis dan humoris 💓

25. Quickie Express (2007, Dimas Djayadiningrat) 



Telat sih nonton film ini. Tipikal dark comedy ga sih ini masuknya? Karya Mas Djay sebelum iklan Indo Es Krim dan Qerja Lembur Bagai Quda~ (review macam apa sih ini?) 

26. Cek Toko Sebelah (2016, Ernest Prakasa)
 

Konflik keluarga film biasa aja sih, tapi adegan-adegan para karyawan tokonya itu loh. Aduh, humorku 😂

27. My Stupid Boss (2016, Upi Avianto)



Belum banyak film Indonesia yang mengangkat kehidupan kantoran, ya ga sih? Si bos ini ngehe banget, sumpaaahhh! Ini film tampilannya cakep banget, Wes Anderson-esque gitu deh kalo kata reviewer haqiqi mah. Ga sabar nunggu sekuelnya!

28. Arisan! (2003, Nia Dinata)



Sebagai pecinta genre Metropop mah ini film wajib tonton lah ya. Cinta banget sampe ku tonton series dan sekuelnya. Aku butuh lebih banyak film kayak gini 😭

...

Selain film-film di atas, ada juga film Indonesia yang tak kalah menarik, namun tak sanggup aku jabarkan dalam kalimat. Ini dia film-filmnya:

1. Siti (2016, Eddie Cahyono) 
2. Soegija (2012, Garin Nugroho) 
3. 7 Hati, 7 Cinta, 7 Wanita (2010, Robby Ertanto) 
4. Jakarta Maghrib (2010, Salman Aristo) 
5. Janji Joni (2005, Joko Anwar) 
6. Dead Time: Kala (2007, Joko Anwar) 
7. Pengabdi Setan (2017, Joko Anwar) 
8. Biola Tak Berdawai (2003, Sekar Ayu Asmara) 
9. Pasir Berbisik (2001, Nan Achnas) 
10. Daun di Atas Bantal (1998, Garin Nugroho) 
11. Selamat Pagi, Malam (2014, Lucky Kuswandi) 
12. Cin(T)a (2009, Sammaria Simanjuntak) 
13. Aach... Aku Jatuh Cinta (2015, Garin Nugroho) 
14. The Photograph (2007, Nan Achnas) 
15. Belenggu (2012, Upi Avianto) 
16. Ca-Bau-Kan (2002, Nia Dinata) 
17. 3 Hari untuk Selamanya (2007, Riri Riza) 
18. Kartini (2017, Hanung Bramantyo)

Sekian rekomendasi film Indonesia kali ini. Selamat menonton! 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan SCIO, Alat Deteksi Tubuh yang Ajaib!

Hari Jumat (21/09) kemarin, aku sama Bunny mengunjungi tempat praktik dr. Prama di bilangan Sederhana, Bandung. Kami dapat info tentang dokter ini dari Mbak Danti yang sebelumnya sudah pergi ke sana. Dokter Prama ini kalau dilihat-lihat dari akun Instagramnya sih merupakan dokter yang concern sama pola makan dan seringkali dijadikan rujukan orang-orang yang ingin menurunkan berat badan.  Tujuan aku ke dokter Prama sih karena tertarik dengan pemeriksaan yang bisa dilakukan di sana, yakni SCIO. Kalau kalian sering ketemu aku, pasti sadar kalo aku tuh gampang banget drop badannya. Ada perubahan temperatur atau cuaca, langsung deh pilek terus ujung-ujungnya sesak napas. Aku juga gampang banget capek meskipun gak melakukan suatu pekerjaan yang berat. Pencernaan juga tampaknya bermasalah.  Kebayang kan kalau pergi ke dokter umum, gimana harus ngejelasin probelematika kesehatan ini. 😭 Makanya aku butuh banget pemeriksaan yang holistik dan menelusuri akar permasalahan.  N...

SCIO Bagian 2: Karena Berbagai Penyakit Berasal dari Perut

Hai! Setelah kemarin aku lebih membahas tentang aspek psikologis yang terdeteksi oleh SCIO. Kali ini aku bakal bahas perkara yang berhubungan dengan fisik. Namun perlu diingat bahwa tubuh, pikiran, dan perasaan adalah suatu kesatuan dan saling memengaruhi ya, Mylov. All disease begins in the gut.  —Hippocrates Oke, jadi saat sesi SCIO kemarin terdeteksi bahwa terdapat kelemahan fungsi liver dan limpa, hal ini berhubungan pula dengan konstipasi yang seringkali kualami~ Selain itu, aku juga punya thyroid yang lemah sehingga gampak capek dan mudah gemuk. Dikatakan pula bahwa aku memiliki risiko masalah jantung, tekanan darah, serta kista di rahim. 😱 Di badanku juga terdapat berbagai substansi yang jumlahnya sudah tinggi sehingga menjadi racun, diantaranya: Kafein: "Wah, ini sih udah kronis," kata dokternya. Hmmhhh, ya gimana ya? Aku udah kecanduan kopi dari 10 tahun lalu. Sehari biasanya 2 cangkir. Kopi instan pula: udah mah kopinya kopi palsu, gulanya banyak, a...

Resolusi 2017 dan Pencapaiannya

2017 tinggal 2 bulan lagi nih . Mumpung  musim bikin rapor anak-anak udah mulai, ga ada salahnya ya kan kita bikin rapor diri sendiri di blog baru ini. Oh ya, selamat datang kalau begitu! Saya sendiri sebenarnya bukan tipikal orang yang memasang target apa-apa dalam hidup. Doa saya sepanjang tahun sih sebenarnya sama: minta kesehatan jiwa-raga dan keberkahan dalam hidup. Namun, di awal 2017 ini, entah mengapa saya tiba-tiba memanjatkan doa yang kalau sekarang saya ingat-ingat lagi, kok harus begitu sih ? Pasalnya, doa yang saya ucapkan bukan doa untuk mendapat gaji puluhan juta, bukan doa untuk mendapat jodoh (terus kemudian nyesel , kenapa sih ga doa ini aja ? Hehehe...), atau doa-doa mentereng lainnya. Sederhana, doa saya di awal tahun ini adalah: semoga saya bisa menemukan diri. Sebab menurut pemikiran saya yang sok tahu ini, bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan jika kita bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya kita inginkan? Maka, ...