Aku tuh memiliki ketertarikan khusus pada perfilman Indonesia semenjak SMA. Kenapa ya? Rasanya saat itu sedih aja melihat fakta bahwa film Indonesia belum menjadi primadona di negerinya sendiri. Ditambah lagi, kala itu film horor esek-esek mulai menjamur dan membuat film Imdonesia mendapatkan stigma buruk di mata penonton.
Untungnya, makin kemari perfilman Indonesia bisa dibilang kembali menggeliat. Semakin banyak sineas berbakat yang memproduksi film, meskipun kurang mendapat sorotan. Antusiasme penonton pun rasa-rasanya mulai meningkat.
Aku pribadi sebenernya pengen banget berkecimpung langsung di dunia perfilman. Tapi berhubung pengetahuan dan kemampuannya masih sangat terbatas, yaaa monmaap 😝 Satu-satunya hal yang bisa aku lakukan adalah menularkan ketertarikanku pada film Indonesia kepada Anda para netyzen budiman. Semoga lebih tertarik yaaa, tertarik doonng plis... *maksa*
Nah, berikut ini akan aku bagikan 28+ film Indonesia yang menarik buatku pribadi. Film-film ini menarik karena premisnya, eksekusinya, atau karena hal-hal lain yang terjadi saat aku menonton film tersebut. Jika teman-teman kebetulan menemukan film-film ini di platform streaming legal atau kebetulan lagi ada screening-nya di kotamu, silakan lho ditonton.
Yuk ah, kita mulai!
Kalau ditanya apa film Indonesia yang paling kusuka, film ini jawabannya! Kenapa? Karena film ini keren dari berbagai aspek. Eksekusi ending film ini lebih greget dibandingkan novelnya sendiri lho. Siapa sih yang ga inget adegan dinner yang diiringi lagu "Merry Mist"?
Ini film Indonesia pertama yang bikin aku penasaran pas SMA itu. Alice in Wonderland versi Indonesia, katanya. Jangan tertipu wajah polos Ladya Cheryl di sini, karena fakta dan fiksi kerap bersilapan. Sebuah kisah yang surem (banget). Film ini ditulis Joko Anwar.
Apa? Bosen liat Reza Rahadian jadi pemeran utama film? Tahun 2011 Reza Rahadian pernah menyutradarai film pendek lho. Dari sekian banyak film yang ada di ajang LA Lights Indie Fest, film ini yang paling membekas buatku karena bikin kecele. Keep up the good work, Mas Reza! *ikrib*
4. Something in the Way (2013, Teddy Soeriaatmadja)
Memotret kehidupan kaum marginal Jakarta yang menghadapi pertentangan antara kebutuhan hidup dan moralitas. Mayoritas bersetting malam hari, di mana kehidupan para tokoh utama justru baru dimulai. Sebuah film yang tragis.
Siapa yang bisa lupa adegan Marlina nenteng-nenteng kepala serta hantu tanpa kepala yang sedang main gitar? Nada gitarnya masih terngiang-ngiang di kepala sampe sekarang dong, "Teng teng terengteng teng, teng teng terengteng teng~" Oh ya, Marlina jadi perwakilan Indonesia di ajang Oscar lho, tapi belum jadi nominasi resmi, jadi butuh banget bantuan netyzen supaya Marlina bisa lebih viral!
Aku mengikuti prosew film ini dari mulai mereka crowdfunding dan cari pemain.Aku sempet pengen ikitan casting tapi kemudian sadar diri lah ya. Ide orisinil film ini berasal dari cerpen buatan Teuku Wikana, saat Aceh dikepung GAM. Ini film mencekam dan memicu klaustrofobia banget, aselik. Temen aku, Dania, sampe pengen keluar bioskop di tengah-tengah film gara-gara ga kuat.
Menyoroti kehidupan sosial 3 individu di Atambua, 13 tahun pasca referendum Timor Leste–yang dulu sering terdengar beritanya di TV dan tidak aku pahami, sekarang pun masih begitu– Film ini menarik karena sungguh pendiam. Serta, dalam satu studio, cuma aku sendirian yang nonton. Yha, thanks~
Mari mengenal sosok Widji Thukul, tokoh yang selama ini cuma aku tau namanya. Aku sebagai generasi yang ga begitu paham tentang sulitnya kehidupan pelarian aktivis masa reformasi jadi lumayan dapat gambaran melalui film ini. Salut!
Satu lagi film yang berkisah tentang kehidupan aktivis. Dibawa ke mana sih sebenarnya para aktivis yang menghilang? Apa yang terjadi kepada mereka? Aselik, nonton film ini bikin aku tarik napas dalam berkali-kali. Sebab bukan mustahil hal seperti ini masih terjadi kini.
Bersetting masa reformasi dan pasca kemerdekaan sekaligus: menyelidiki kisah hidup Ishak Pahing, komposer Indonesia keturunan Belanda (tokoh fiktif). Meski eksekusinya (katanya) berantakan, tapi aku tetep tertarik sama ide film ini. Aku tuh suka lemah sama film bersetting vintage 😭 Sinematografi dan kostumnya cakep, lagu-lagu keroncongnya pun uapik tenan! Oh ya, film ini ditulis Ayu Utami, penulis favoritku.
Film ini bikinan adiknya capres yang itu tuuhh hehehe (Terus kenapa?) Aku anaknya mudah terkesima, gimana dong? Nonton film ini bikin nasionalisme aku seketika membumbung tinggi, meskipun kisah yang ada di film ini fiktif :') Dari 3 film, Hati Merdeka yang paling kusuka. Megah dan mahal gitu filmnya, aku bangga!
Diadaptasi dari buku Ronggeng Dukuh Paruk yang tak kunjung usai aku baca. Sebagai orang dengan jiwa nyai ronggeng, aku merinding sih liat Happy Salma dan Pia Nasution nari di film ini. Huhuhu, sungguh magis!
Sepertinya ini film distopia pertama Indonesia (?) Ide yang diusung menarik sih, tentang agama, politik, serta konspirasi Iluminasi (freemesen, pulang bayar). Jauh lebih bagus dari film-film Anggy Umbara saat ini lah pokoknya. 😝
Dari sekian banyak film omnibus yang tayang di masa-masa itu, film ini cerita-ceritanya paling membekas sih. Kalau kamu concern sama isu perempuan, film ini tuh menyayat hati banget. Fragmen favoritku tentunya Sarah Sechan dan Shanty yang jadi penyanyi dangdut.
Aku tau film ini dari katalog Sophie Martin (random banget kan ya). Lagu SORE - Pergi Tanpa Pesan yang jadi soundtrack film ini pun menjadi track favorit. Ingat, poligami bisa terjadi pada etnis apapun, agama apapun, dan kondisi apapun. Waspadalah, waspadalah! (Ala Bang Napi).
Aku pengen nonton film ini dari kapaaan, tapi baru kesampaian tahun kemarin. Film ini memotret kehidupan transgender yang juga bisa berperan sebagai seorang ayah. Ia harus menghadapi remaja putrinya yang hamil di luar nikah. Memorable quote, "Ibu lu tuh orang baik, kalo gue sakit, bikin gue emih, teh manis~" —Donny Damara dengan bibir keritingnya.
Kenapa ditonton? Karena baca bukunya. Kali pertama juga nih Djenar bikin film (sebagai titisan Syumanjaya, yekaaann). Yang bikin berkesan adalah nonton film ini barengan sama gengku di kosan Ninda sampe telat kuliah (Maaf Mbak Djenar, kami nonton secara ilegal 😭)
Ini Harold & Maude versi Indonesia kali ya (?) Sebab wanita paruh baya pun memiliki hasrat dalam dirinya. Akting Tutie Kirana keren banget! FYI, Tutie Kirana itu ibunya Djenar Maesa Ayu (ini review film atau infotainment sih?)
Mau liat Nicolas Saputra jadi nAQ aL4y? Ya, tonton lah film ini jika ada kesempatan. Kalo kata film ini sih cowok jatuh cinta pada apa yang mereka lihat dan cewek jatuh cinta pada apa yang mereka dengar. Gitu, maliihh~
Meskipun lawas, film ini tetap segar dan relevan ketika dinikmati di masa kini. Akting pemainnya jempolan, terutama tokoh nenek. Lucu banget! 😂 Urusan musik dan kostum jangan ditanya, kedemenan aku itu mah.
Telat sih nonton film ini. Tipikal dark comedy ga sih ini masuknya? Karya Mas Djay sebelum iklan Indo Es Krim dan Qerja Lembur Bagai Quda~ (review macam apa sih ini?)
Konflik keluarga film biasa aja sih, tapi adegan-adegan para karyawan tokonya itu loh. Aduh, humorku 😂
Untungnya, makin kemari perfilman Indonesia bisa dibilang kembali menggeliat. Semakin banyak sineas berbakat yang memproduksi film, meskipun kurang mendapat sorotan. Antusiasme penonton pun rasa-rasanya mulai meningkat.
Aku pribadi sebenernya pengen banget berkecimpung langsung di dunia perfilman. Tapi berhubung pengetahuan dan kemampuannya masih sangat terbatas, yaaa monmaap 😝 Satu-satunya hal yang bisa aku lakukan adalah menularkan ketertarikanku pada film Indonesia kepada Anda para netyzen budiman. Semoga lebih tertarik yaaa, tertarik doonng plis... *maksa*
Nah, berikut ini akan aku bagikan 28+ film Indonesia yang menarik buatku pribadi. Film-film ini menarik karena premisnya, eksekusinya, atau karena hal-hal lain yang terjadi saat aku menonton film tersebut. Jika teman-teman kebetulan menemukan film-film ini di platform streaming legal atau kebetulan lagi ada screening-nya di kotamu, silakan lho ditonton.
Yuk ah, kita mulai!
1. Pintu Terlarang (2009, Joko Anwar)
Kalau ditanya apa film Indonesia yang paling kusuka, film ini jawabannya! Kenapa? Karena film ini keren dari berbagai aspek. Eksekusi ending film ini lebih greget dibandingkan novelnya sendiri lho. Siapa sih yang ga inget adegan dinner yang diiringi lagu "Merry Mist"?
2. Fiksi (2008, Mouly Surya)
Ini film Indonesia pertama yang bikin aku penasaran pas SMA itu. Alice in Wonderland versi Indonesia, katanya. Jangan tertipu wajah polos Ladya Cheryl di sini, karena fakta dan fiksi kerap bersilapan. Sebuah kisah yang surem (banget). Film ini ditulis Joko Anwar.
3. Sebelah (2011, Reza Rahadian)
Apa? Bosen liat Reza Rahadian jadi pemeran utama film? Tahun 2011 Reza Rahadian pernah menyutradarai film pendek lho. Dari sekian banyak film yang ada di ajang LA Lights Indie Fest, film ini yang paling membekas buatku karena bikin kecele. Keep up the good work, Mas Reza! *ikrib*
4. Something in the Way (2013, Teddy Soeriaatmadja)
Memotret kehidupan kaum marginal Jakarta yang menghadapi pertentangan antara kebutuhan hidup dan moralitas. Mayoritas bersetting malam hari, di mana kehidupan para tokoh utama justru baru dimulai. Sebuah film yang tragis.
5. Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017, Mouly Surya)
Siapa yang bisa lupa adegan Marlina nenteng-nenteng kepala serta hantu tanpa kepala yang sedang main gitar? Nada gitarnya masih terngiang-ngiang di kepala sampe sekarang dong, "Teng teng terengteng teng, teng teng terengteng teng~" Oh ya, Marlina jadi perwakilan Indonesia di ajang Oscar lho, tapi belum jadi nominasi resmi, jadi butuh banget bantuan netyzen supaya Marlina bisa lebih viral!
6. Hi5teria (2012, Adriyanto Dewo/Chairun Nissa/Billy Christian/Nicholas Yudifar/Harvan Agustriansyah) Pintu Terlarang (2009, Joko Anwar)
Pertama kalinya aku nonton film horor sendirian di bioskop dong! (Sebagai seorang penakut, aku patut bangga). Film horor omnibus pertama pula yang aku tonton. Part favoritku: Palasik. Masih suka teringat-ingat ending dari Palasik ini hhh~ Ada omnibus lain yang lebih menarik sih, judulnya "Takut", di dalamnya ada cikal-bakal film Rumah Dara. Tapi aku ga berani nontonnya, terlalu syerem 🙈
7. Night Bus (2017, Emil Heradi)
Aku mengikuti prosew film ini dari mulai mereka crowdfunding dan cari pemain.
8. Atambua 39° Celcius (2012, Riri Riza)
Menyoroti kehidupan sosial 3 individu di Atambua, 13 tahun pasca referendum Timor Leste–yang dulu sering terdengar beritanya di TV dan tidak aku pahami, sekarang pun masih begitu– Film ini menarik karena sungguh pendiam. Serta, dalam satu studio, cuma aku sendirian yang nonton. Yha, thanks~
9. Istirahatlah Kata-kata (2016, Yosep Anggi Noen)
Mari mengenal sosok Widji Thukul, tokoh yang selama ini cuma aku tau namanya. Aku sebagai generasi yang ga begitu paham tentang sulitnya kehidupan pelarian aktivis masa reformasi jadi lumayan dapat gambaran melalui film ini. Salut!
10. Laut Bercerita (2017, Pritagita Arianegara)
Satu lagi film yang berkisah tentang kehidupan aktivis. Dibawa ke mana sih sebenarnya para aktivis yang menghilang? Apa yang terjadi kepada mereka? Aselik, nonton film ini bikin aku tarik napas dalam berkali-kali. Sebab bukan mustahil hal seperti ini masih terjadi kini.
11. Gie (2005, Riri Riza)
Gara-gara film ini, kalo denger nama Soe Hok Gie pasti yang kebayang Nico 😭 Adegan Sita Nursanti nyanyi Donna Donna pas api unggun sungguh memorable dan magis buatku.
12. Ruma Maida (2009, Teddy Soeriaatmadja)
Bersetting masa reformasi dan pasca kemerdekaan sekaligus: menyelidiki kisah hidup Ishak Pahing, komposer Indonesia keturunan Belanda (tokoh fiktif). Meski eksekusinya (katanya) berantakan, tapi aku tetep tertarik sama ide film ini. Aku tuh suka lemah sama film bersetting vintage 😭 Sinematografi dan kostumnya cakep, lagu-lagu keroncongnya pun uapik tenan! Oh ya, film ini ditulis Ayu Utami, penulis favoritku.
13. Trilogi Merdeka: Merah Putih, Darah Garuda, Hati Merdeka (2009/2010/2011, Yadi Sugandi/Connor Allyn)
Film ini bikinan adiknya capres yang itu tuuhh hehehe (Terus kenapa?) Aku anaknya mudah terkesima, gimana dong? Nonton film ini bikin nasionalisme aku seketika membumbung tinggi, meskipun kisah yang ada di film ini fiktif :') Dari 3 film, Hati Merdeka yang paling kusuka. Megah dan mahal gitu filmnya, aku bangga!
14. Sang Penari (2011, Ifa Isfansyah)
Diadaptasi dari buku Ronggeng Dukuh Paruk
15. Alif Lam Mim (2015, Anggy Umbara)
Sepertinya ini film distopia pertama Indonesia (?) Ide yang diusung menarik sih, tentang agama, politik, serta konspirasi Iluminasi (freemesen, pulang bayar). Jauh lebih bagus dari film-film Anggy Umbara saat ini lah pokoknya. 😝
16. Perempuan Punya Cerita (2008, Nia Dinata/Lasja Fauzia Susatyo/Upi Avianto/Fatimah Tobing Rony)
Dari sekian banyak film omnibus yang tayang di masa-masa itu, film ini cerita-ceritanya paling membekas sih. Kalau kamu concern sama isu perempuan, film ini tuh menyayat hati banget. Fragmen favoritku tentunya Sarah Sechan dan Shanty yang jadi penyanyi dangdut.
17. Berbagi Suami (2006, Nia Dinata)
Aku tau film ini dari katalog Sophie Martin (random banget kan ya). Lagu SORE - Pergi Tanpa Pesan yang jadi soundtrack film ini pun menjadi track favorit. Ingat, poligami bisa terjadi pada etnis apapun, agama apapun, dan kondisi apapun. Waspadalah, waspadalah! (Ala Bang Napi).
Fun fact: Kecenderungan untuk berpoligami itu terdapat dalam gen, lho. Jadi dapat diturunkan. Meskipun demikian, ada faktor nature vs nurture, yekaaann. Jadi meskipun kecenderungannya ada, ya belum tentu jadi juga.
18. Lovely Man (2011, Teddy Soeriaatmadja)
Aku pengen nonton film ini dari kapaaan, tapi baru kesampaian tahun kemarin. Film ini memotret kehidupan transgender yang juga bisa berperan sebagai seorang ayah. Ia harus menghadapi remaja putrinya yang hamil di luar nikah. Memorable quote, "Ibu lu tuh orang baik, kalo gue sakit, bikin gue emih, teh manis~" —Donny Damara dengan bibir keritingnya.
19. Mereka Bilang, Saya Monyet! (2008, Djenar Maesa Ayu)
Kenapa ditonton? Karena baca bukunya. Kali pertama juga nih Djenar bikin film (sebagai titisan Syumanjaya, yekaaann). Yang bikin berkesan adalah nonton film ini barengan sama gengku di kosan Ninda sampe telat kuliah (Maaf Mbak Djenar, kami nonton secara ilegal 😭)
20. About a Woman (2014, Teddy Soeriaatmadja)
Ini Harold & Maude versi Indonesia kali ya (?) Sebab wanita paruh baya pun memiliki hasrat dalam dirinya. Akting Tutie Kirana keren banget! FYI, Tutie Kirana itu ibunya Djenar Maesa Ayu (ini review film atau infotainment sih?)
21. What They Don't Talk When They Talk About Love (2013, Mouly Surya)
Mau liat Nicolas Saputra jadi nAQ aL4y? Ya, tonton lah film ini jika ada kesempatan. Kalo kata film ini sih cowok jatuh cinta pada apa yang mereka lihat dan cewek jatuh cinta pada apa yang mereka dengar. Gitu, maliihh~
22. Rectoverso (2013, Marcella Zalianty/Happy Salma/Olga Lydia/Rachel Maryam/Cathy Sharon) Pintu Terlarang (2009, Joko Anwar)
Sebagai orang yang ga ngerti teknis produksi film, aku waktu itu ngebatin kalo editing film ini tuh keren banget. Dan ternyata bener dong, akhirnya dapet Piala Citra untuk editing terbaik. Hal lain yang berkesan, aku nonton film ini sendirian di Jatos saat Valentine. Habis nonton, pergi ke kafe, di sana pasangan yang dateng dikasih cokelat. Harusnya kan aku yang dikasih ya, sebagai hiburan kesendirian. Kampret!
23. 3 Dara (1957, Usmar Ismail)
Meskipun lawas, film ini tetap segar dan relevan ketika dinikmati di masa kini. Akting pemainnya jempolan, terutama tokoh nenek. Lucu banget! 😂 Urusan musik dan kostum jangan ditanya, kedemenan aku itu mah.
24. Wan An (2012, Yandy Laurens)
Sudah tahu sosok dibalik suara "Pintu teater 1 telakh dibuka, bagi Anda yang telakh memiliki karcis...."? Ibu Maria Oentoe dan Henky Soelaiman bermain apik sebagai pasangan lansia harmonis yang saling cemas jika salah satu dari mereka meninggalkan dunia lebih dulu. Film dari ajang XXI Short Film Festival ini manis dan humoris 💓
25. Quickie Express (2007, Dimas Djayadiningrat)
Telat sih nonton film ini. Tipikal dark comedy ga sih ini masuknya? Karya Mas Djay sebelum iklan Indo Es Krim dan Qerja Lembur Bagai Quda~ (review macam apa sih ini?)
26. Cek Toko Sebelah (2016, Ernest Prakasa)
Konflik keluarga film biasa aja sih, tapi adegan-adegan para karyawan tokonya itu loh. Aduh, humorku 😂
Belum banyak film Indonesia yang mengangkat kehidupan kantoran, ya ga sih? Si bos ini ngehe banget, sumpaaahhh! Ini film tampilannya cakep banget, Wes Anderson-esque gitu deh kalo kata reviewer haqiqi mah. Ga sabar nunggu sekuelnya!
28. Arisan! (2003, Nia Dinata)
Sebagai pecinta genre Metropop mah ini film wajib tonton lah ya. Cinta banget sampe ku tonton series dan sekuelnya. Aku butuh lebih banyak film kayak gini 😭
Sebagai pecinta genre Metropop mah ini film wajib tonton lah ya. Cinta banget sampe ku tonton series dan sekuelnya. Aku butuh lebih banyak film kayak gini 😭
...
Selain film-film di atas, ada juga film Indonesia yang tak kalah menarik, namun tak sanggup aku jabarkan dalam kalimat. Ini dia film-filmnya:
1. Siti (2016, Eddie Cahyono)
2. Soegija (2012, Garin Nugroho)
3. 7 Hati, 7 Cinta, 7 Wanita (2010, Robby Ertanto)
4. Jakarta Maghrib (2010, Salman Aristo)
5. Janji Joni (2005, Joko Anwar)
6. Dead Time: Kala (2007, Joko Anwar)
7. Pengabdi Setan (2017, Joko Anwar)
8. Biola Tak Berdawai (2003, Sekar Ayu Asmara)
9. Pasir Berbisik (2001, Nan Achnas)
10. Daun di Atas Bantal (1998, Garin Nugroho)
11. Selamat Pagi, Malam (2014, Lucky Kuswandi)
12. Cin(T)a (2009, Sammaria Simanjuntak)
13. Aach... Aku Jatuh Cinta (2015, Garin Nugroho)
14. The Photograph (2007, Nan Achnas)
15. Belenggu (2012, Upi Avianto)
16. Ca-Bau-Kan (2002, Nia Dinata)
17. 3 Hari untuk Selamanya (2007, Riri Riza)
18. Kartini (2017, Hanung Bramantyo)
Sekian rekomendasi film Indonesia kali ini. Selamat menonton!
Komentar
Posting Komentar